Ratusan Pendaki Memadati Puncak Gunung Batur |
Persiapan Mendaki Gunung Batur Kintamani Bangli
Ini pengalaman pertama saya akan mendaki, berawal dari obrolan santai bersaman rekan saya Putu yang berencana mendaki gunung Batur pada hari minggu tanggal 5 juni 2016. Karena rasa penasaran saya memberanikan diri untuk ikut dan tidak sungkan untuk minta pendapat, saran dan perlengkapan apa yang harus disiapkan untuk mendaki. Dimana Putu dan rekan-rekan yang lain sudah sering melakukan pendaki sehingga saya rasa lebih berpengalaman. Gunung yang pernah didakinya sudah lumayan banyak di Bali diantaranya Bukit Abang, Puncak Mangu, Gunung Batur dan rencannya akan mendaki Gunung Agung. Apalagi background Putu, Wayan dan Salman adalah seorang Tentara Angkatan Darat sehingga kehidupan hutan dialam bebas sudah tidak asing lagi bagi dirinya.
Singkat cerita acara pendakian h-1 saya belum ada persiapan karena masih ragu dalam hati, karena ada beberapa factor salah satunya lutut saya masih sakit akibat cidera main bulutangkis, selain itu pas di hari minggu sore saya ada kegiatan. Setelah saya ceritakan kondisi dengan putu dia menegaskan pendakian Gunung Batur tidak begitu sulit dan saya diyakinkan estimasi waktu kembali sampai denpasar paling lambat jam 12 hari itu. Setelah mendengarkan penjelasannya saya mantapkan diri untuk ikut mendaki.
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi dalam pendakian saya mempersiapkan beberapa perlengkapan seperti Staiger Lutut untuk melindungi lutut saya agar bisa lebih kuat menahan tumpuan, Senter LED, Topi Koplo, Kaca Mata, P3K, Air Minum, Roti secukupnya, Mantel Jas Hujan, yang tidak terlupakan Tongkat Narsis, Pelindung HP dari air, Powerbang dan HP full Charger. Setelah semua saya rasa sudah lengkap persiapanpun selesai dan saya beristirahat untuk menabung tenaga perjalan besok.
Ini pengalaman pertama saya akan mendaki, berawal dari obrolan santai bersaman rekan saya Putu yang berencana mendaki gunung Batur pada hari minggu tanggal 5 juni 2016. Karena rasa penasaran saya memberanikan diri untuk ikut dan tidak sungkan untuk minta pendapat, saran dan perlengkapan apa yang harus disiapkan untuk mendaki. Dimana Putu dan rekan-rekan yang lain sudah sering melakukan pendaki sehingga saya rasa lebih berpengalaman. Gunung yang pernah didakinya sudah lumayan banyak di Bali diantaranya Bukit Abang, Puncak Mangu, Gunung Batur dan rencannya akan mendaki Gunung Agung. Apalagi background Putu, Wayan dan Salman adalah seorang Tentara Angkatan Darat sehingga kehidupan hutan dialam bebas sudah tidak asing lagi bagi dirinya.
Perlengkapan Seadanya Mendaki Gunung Batur |
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi dalam pendakian saya mempersiapkan beberapa perlengkapan seperti Staiger Lutut untuk melindungi lutut saya agar bisa lebih kuat menahan tumpuan, Senter LED, Topi Koplo, Kaca Mata, P3K, Air Minum, Roti secukupnya, Mantel Jas Hujan, yang tidak terlupakan Tongkat Narsis, Pelindung HP dari air, Powerbang dan HP full Charger. Setelah semua saya rasa sudah lengkap persiapanpun selesai dan saya beristirahat untuk menabung tenaga perjalan besok.
Perjalanan Dari Titik awal berkumpul Team menuju Titik Awal Pendakian
Dari 5 anggota Team yang akan mendaki Saya, Putu, Wayan, Adi dan Salman berjanji akan bertemu di CK Batubulan agar berangkatnya bersama-sama. Sekitar pukul 02.45 Wita kita berlima sudah berkumpul Putu dengan Salman 1 motor berdua, saya dengan wayan 1 motor berdua, adi sendiri 1 motor. Di tengah perjalanan wayan baru menyadari minyak bensin sepeda motor yang di bawanya mau habis, kita berencana melewati beberapa Pom Bensin, sengaja kita mencari rute Tegalalang Gianyar biar lebih banyak melewati SPBU. Apa yang terjadi?
Ada sekitar 3 SPBU kita lewati tapi tidak satupun yang beroperasional jam segitu (24 jam), puluhan pertamini kita lewati tapi tetap sama tidak ada yang buka jam segitu. Pada akhirnya ditengah perjalanan tepatnya sebelah utara tegalalang gianyar motor yang dibawa wayan yang membonceng saya mati kehabisan bensin, karena posisi motor Wayan dan saya ditengah tengah dan putu didepan dengan kecepatan tinggi sehingga putu terus melaju dan adi memberi tanda klakson dari belakang. Setelah lewat beberapa puluh meter Putu pun menyadari dan balik.
Keadaan jalan yang sepi yang terdengar hanyalah suara jangkrik dan aliran air sungai, kita berlima memutar otak apa yang harus kita lakukan, ada yang menggedor warung penjual minyak eceran tapi tidak ada penghuni yang menyaut, Putu berusaha membuka selang saluran minyak di motornya tapi tidak berhasil. Untung beberapa meter dari lokasi ada warga yang mau bangun setelah di gedor pintunya oleh Adi, beliau mau memberikan potongan selang air untuk sedot minyak dari tangki motor Putu dan Adi. Setelah diambil sama sama setengah liter motor wayan pun hidup kembali dan bisa melanjutkan perjalan sampai titik awal pendakian Gunung Batur.
Perjalanan Naik Mendaki
Sekitar pukul 04.05 wita kita tiba di titik awal pendakian Gunung Batur, biar tidak kesiangan sampai di puncak kita langsung bergegas dan tidak lupa sebelum mulai perjalanan kita berdoa bersama. Sebelum memulai masuk rute pendakian kita diwajibkan membayar iuran 10.000 perorang, pada saat pembayaran iuran kita dikasi briping oleh para petugas agar tidak membuang sampah sembarangan selama perjalanan dan di puncak.
Memasuki rute pendakian kita berdiskusi mau melewati rute yang mana, rute Aspal berpasir atau rute baru melewati semak dan bebatuan. Karena saya merasa belum berpengalaman sayapun menyarankan agar melewati rute aspal berpasir agar lebih aman dan banyak pendaki yang melewati rute itu.
Pemandangan Eksotis dari atas Gunung Batur |
Berada dibawah gunung kita sudah bisa melihat ada beberapa pendaki yang sudah sampai dipuncak dengan tanda sinar cahaya Senter yang berkedip-kedip. Didalam perasaan saat itu apakah bisa saya sampai kepuncak, tapi saya tetap semangat dan meyakini kalo saya pasti bisa. Di tengah perjalanan sekitar pukul 4.45 wita pada rute terjal dan berpasir kaki saya terasa lemas dan napas tersengal-sengal rasanya mau muntah. Tapi beruntung ada teman saya Salman yang dengan sabar menemani saya berjalan pelan-pelan dan menyarankan agar mengatur napas sambil minum air sedikit demisedikit untuk membasahi tenggorokan.
Sekitar pukul 05.15 wita kita tiba di Pos pertama, tidak pernah saya sangka ternyata peminat pecinta alam yang ingin menikmati indahnya pemandangan Gunung Batur sangat banyak. Ada yang wisatawan domestic, wisatawan asing membaur jadi satu menikmati cahaya remang-remang diketinggian gunung batur. Di pos pertama kita beristirahat sebentar dan sambil sembahyang menghaturkan Banten Canang Sari di pelinggih yang sudah ada. Setelah cukup beristirahat kita melanjutkan pendakian menuju puncak tertinggi, yaaa… sudah bisa dibayangkan lah bagaimana medan pendakian dari pos pertama menuju puncak, medannya terjal, Batu berpasir, tidak ada pohon yang bisa dipegang yang ada Cuma rumput dan batu alam, jikalau kita salah pegang batu akan lepas dan kemungkinan akan bisa menimpa teman pendaki yang ada di bawah kita.
Suasana di Puncak Gunung Batur
Pendaki Selfi di Puncak Gunung Batur |
Titik Puncak Ketinggian Gunung Batur 1.717 mdpl |
Suasana puncak yang penuh sesak itu tidak lupa kita sempatkan untuk mendokumentasikannya bersama baik itu berupa foto dan video. Para pendaki semua pada sibuk mencari posisi yang bagus untuk berfoto ada yang membuat acara atau dokumentasi menyatakan cinta dan menembak cewek yang dia cintai, semuanya membaur. Para penjual makanan sibuk menjajakan makannya kepada para pendaki, karena kita berlima sudah pada membawa bekal jadi kita tidak menghiraukan mereka kita cukup dengan menyantap bekal yang kita bawa.
Pada momen yang langka diatas puncak Gunung Batur dengan ketinggian 1.717 mdpl kita tidak lupa menyempatkan diri untuk berfoto selfi di tugu puncak tertinggi dan mengambil pemandangan Danau Batur, Pemandangan Gunung Agung dan gunung Abang yang berkabut, dan mengabadikan kilauan cahaya matahari terbit diupuk timur yang seolah-olah menyapa kepada semua pendaki yang ada dipuncak Gunung Batur saat itu.
Perjalanan Balik Turun dari Puncak Gunung Batur
Beristirahat di Tengah Perjalanan Turun Gunung Batur |
Di momen perjalanan turun saya banyak mendapatkan kesempatan untuk mendokumentasikan perjalanan kami dengan mengambil beberapa video dokumentasi, selain karena pencahayaan sudah mendukung kondisi dan situasipun sudah seakan dapat saya kendalikan dan sesuaikan. Beda ceritanya pada saat perjalanan naik Gunung, medan gelap situasi dan kondisi yang masih asing sehingga ruang gerak sangat terbatas.
Acara Tambahan Mandi Rileksasi Air Panas di Toya Bungkah
Menikmati Rileksasi Air Panas Toya Bungkah |
Di Pemandian Air Panas Toya Bungkah kita dikenakan tiket masuk 60.000 per kepala yang sudah free Handuk, Sampoo, Minuman dan Kunci Loker untuk menyimpan barang bawaan dan pakaian ganti. Selama dipemandian banyak cerita yang terjadi tidak mungkin untuk saya ceritakan secara mendetail haaa… maklumlah anak muda berlima yang menunjukkan auara kesepian Haaaa… sory brow sedikit didramatisir biar seru. Apa yang terjadi silahkan ditebak dan dibayangkan sendiri aja… haaa…. Cukup kita berlima aja yang tau.
Sekitar pukul 11.30 wita kita mengakhiri acara mandi di kolam air panas dan menuju loker untuk mengganti pakaian. Selanjutnya cerita berlangsung di kamar ganti, apa yang terjadi???? Yaaa… begitulah, yang pernah ke Pemandian Air Panas Toya Bungkah pasti tau apa yang ada dan terjadi disana.
Akhir dari kebersamaan perjalanan kita berlima saat itu makan bersama di warung Sate Kambing bertepat di Tegalalang Gianyar. Kita berpisah menuju rumah masing-masing setelah masing-masing melahap 1 porsi sate Kambing Khas Madura haaa… pokoknya mantap deh.
Ok guysss…. Nanti kita lanjut lagi cerita berikutnya dengan lokasi dan tempat yang berbeda, semoga penulis sehat selalu dan bisa berbagi cerita untuk menginspirasi kita semua. Cerita ini hanya untuk share pengalaman aja mudah-mudahan teman teman yang membaca bisa terinspirasi. Salam dari saya anak Pulau Seberang Pulau Bali (Nusa Penida). Maaf kalo tulisan saya amburadul. Good Luck.